
NEWMEDAN.COM – Fenomena tingginya biaya yang dikeluarkan masyarakat Indonesia untuk berobat ke luar negeri kembali menjadi sorotan. Tercatat lebih dari Rp150 triliun dana keluar dari negeri setiap tahunnya untuk layanan kesehatan, terutama ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Menanggapi hal ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan kesiapan penuh untuk mendukung pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan guna menekan angka tersebut.
Dalam keterangan persnya, Erick menjelaskan bahwa pengembangan KEK Kesehatan merupakan langkah strategis yang sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam membenahi sektor kesehatan nasional. Dengan adanya fasilitas medis berstandar internasional di dalam negeri, diharapkan masyarakat Indonesia tidak perlu lagi mencari pengobatan di luar negeri.
“Kita harus bisa menyediakan layanan kesehatan kelas dunia di tanah air. Tidak hanya agar rakyat bisa berobat di sini, tapi juga sebagai upaya menjaga devisa negara,” kata Erick Thohir. Ia menambahkan bahwa pembangunan KEK Kesehatan akan dilakukan secara bertahap dan merata di beberapa wilayah strategis Indonesia.
Salah satu rencana yang tengah dibahas adalah pengembangan KEK Kesehatan di Bali dan Batam, dua lokasi yang dinilai memiliki potensi besar sebagai pusat layanan kesehatan unggulan. Selain letaknya yang strategis, kedua wilayah ini juga sudah memiliki infrastruktur pendukung yang memadai, termasuk aksesibilitas internasional.
Pengembangan KEK ini tidak hanya akan mencakup rumah sakit modern, tetapi juga pusat riset medis, fasilitas pendidikan kedokteran, serta layanan wellness dan rehabilitasi. Hal ini bertujuan agar Indonesia tidak hanya menjadi tempat berobat, tetapi juga pusat inovasi dan pengembangan ilmu kesehatan di kawasan Asia Tenggara.
Erick juga menyebutkan pentingnya sinergi antara BUMN, swasta, dan mitra asing dalam membangun fasilitas-fasilitas tersebut. Sejumlah investor dari Timur Tengah dan Asia telah menunjukkan minat untuk menanamkan modal di proyek KEK Kesehatan, yang dinilai memiliki prospek ekonomi jangka panjang.
Dukungan pemerintah daerah juga menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Erick menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor diperlukan agar pembangunan KEK tidak hanya fokus pada fasilitas fisik, tetapi juga kesiapan SDM dan sistem manajemen layanan kesehatan yang efisien.
Kementerian BUMN saat ini juga sedang memetakan potensi rumah sakit milik negara yang bisa dikembangkan menjadi bagian dari jaringan KEK. RS Pertamina, RS Pelni, dan RS BUMN lainnya akan ditingkatkan dari sisi teknologi dan layanan agar bisa menjadi rujukan utama dalam KEK yang dibentuk.
Tak hanya fokus pada kalangan atas, Erick memastikan bahwa layanan di KEK Kesehatan nantinya tetap terjangkau bagi masyarakat umum. Pemerintah akan merancang skema pembiayaan dan asuransi kesehatan yang inklusif agar seluruh lapisan masyarakat bisa mengakses layanan medis berkualitas tinggi.
Salah satu target jangka panjangnya adalah menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata medis (medical tourism) seperti yang telah berhasil dilakukan oleh beberapa negara tetangga. Hal ini akan membuka peluang besar bagi peningkatan devisa negara dan memperkuat posisi Indonesia di sektor kesehatan regional.
Pembangunan KEK Kesehatan juga diproyeksikan menyerap banyak tenaga kerja, baik dari bidang medis, teknik, hingga pelayanan umum. Erick menyebut, selain menciptakan lapangan kerja, proyek ini juga akan mendorong peningkatan kualitas pendidikan tenaga kesehatan nasional.
Sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonomi pasca pandemi, KEK Kesehatan juga akan didesain dengan memperhatikan standar keberlanjutan lingkungan. Rumah sakit dan fasilitas lainnya akan dibangun dengan prinsip green building, hemat energi, serta pengelolaan limbah medis yang ramah lingkungan.
Kemenkes dan Kemenparekraf juga turut dilibatkan dalam perencanaan KEK agar pelayanan kesehatan dapat terintegrasi dengan sektor pariwisata, sehingga memberikan pengalaman komprehensif bagi pasien dari dalam dan luar negeri.
Erick Thohir optimis bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan mampu mandiri dalam menyediakan layanan kesehatan unggulan. Ia mengajak seluruh pihak untuk bersatu dalam mewujudkan transformasi besar ini demi kemajuan bangsa.
“Ini bukan sekadar soal fasilitas, tetapi tentang harga diri bangsa. Sudah saatnya rakyat kita percaya dan bangga terhadap sistem kesehatan Indonesia sendiri,” tutup Erick dalam konferensi persnya di Jakarta.