
Newmedan.com – Ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang merayakan Hari Raya Idulfitri dengan melaksanakan sholat Ied di berbagai masjid di negeri Sakura. Namun, karena keterbatasan kapasitas masjid, para jamaah harus antre dan bergantian dalam melaksanakan ibadah ini.
Mayoritas jamaah yang hadir berasal dari kalangan pekerja migran, mahasiswa, dan diaspora Indonesia yang menetap di berbagai kota besar seperti Tokyo, Osaka, Nagoya, dan Fukuoka. Meski jauh dari tanah air, semangat merayakan Idulfitri tetap terasa kuat di antara komunitas Muslim Indonesia di Jepang.
Di Tokyo, salah satu tempat yang menjadi pusat pelaksanaan sholat Ied adalah Masjid Camii Tokyo, yang merupakan masjid terbesar di Jepang. Sejak pagi hari, masjid ini sudah dipadati oleh ratusan jamaah yang datang dengan mengenakan pakaian terbaik mereka.
Karena jumlah jamaah yang membludak, pihak masjid menerapkan sistem sholat bergelombang, di mana satu kelompok menyelesaikan sholat terlebih dahulu sebelum kelompok berikutnya masuk ke dalam masjid. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi seluruh jamaah yang ingin menunaikan sholat Ied.
“Saya harus menunggu hampir satu jam sebelum bisa masuk ke dalam masjid untuk sholat,” ujar Fahmi, seorang mahasiswa asal Bandung yang sedang menempuh studi di Tokyo. Meskipun harus menunggu, ia tetap bersyukur karena masih bisa merayakan Idulfitri bersama komunitas Muslim lainnya.
Tidak hanya di Tokyo, kondisi serupa juga terjadi di Masjid Kobe dan Masjid Nagoya, yang menjadi pusat komunitas Muslim di wilayah tersebut. Karena keterbatasan kapasitas masjid, sebagian jamaah bahkan terpaksa melaksanakan sholat di luar ruangan, di halaman atau trotoar sekitar masjid.
Meskipun menghadapi tantangan keterbatasan tempat, para jamaah tetap menjalankan ibadah dengan khidmat dan penuh kebersamaan. Beberapa panitia masjid juga menyediakan layanan takjil ringan dan hidangan khas Indonesia seperti ketupat, opor ayam, dan rendang bagi jamaah yang hadir.
Selain itu, momen Idulfitri juga menjadi ajang silaturahmi bagi komunitas WNI di Jepang. Banyak di antara mereka yang datang dari berbagai kota untuk berkumpul dan merayakan hari kemenangan ini bersama rekan-rekan sebangsa.
Bagi para pekerja migran, Idulfitri di perantauan memiliki makna yang mendalam. Tidak sedikit dari mereka yang merasakan kerinduan mendalam terhadap keluarga di Indonesia. Namun, keberadaan komunitas Muslim Indonesia di Jepang memberikan rasa kebersamaan yang mengobati rasa rindu tersebut.
“Ini tahun kedua saya merayakan Idulfitri di Jepang tanpa keluarga. Rasanya memang sedih, tapi dengan adanya komunitas Muslim Indonesia, setidaknya saya masih bisa merasakan suasana Lebaran,” kata Rini, seorang perawat asal Surabaya yang bekerja di rumah sakit di Osaka.
Di beberapa kota besar, selain sholat Ied, komunitas WNI juga mengadakan halalbihalal dan acara makan bersama untuk mempererat tali persaudaraan. Acara ini biasanya digelar di KBRI Tokyo, KJRI Osaka, dan pusat komunitas Muslim lainnya.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo juga turut merayakan Idulfitri dengan menggelar open house bagi para WNI. Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga kesempatan untuk menyampaikan berbagai informasi penting bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Jepang.
Meskipun pelaksanaan sholat Ied di Jepang penuh tantangan, semangat kebersamaan tetap terasa kuat di kalangan WNI. Mereka berharap ke depannya, jumlah tempat ibadah Muslim di Jepang dapat bertambah sehingga semakin banyak jamaah yang bisa melaksanakan sholat dengan lebih nyaman.
Peningkatan jumlah Muslim di Jepang, baik dari kalangan pekerja asing maupun penduduk lokal yang menjadi mualaf, menjadi alasan mengapa diperlukan lebih banyak masjid dan ruang ibadah yang lebih besar di negara tersebut.
Idulfitri di perantauan memang terasa berbeda, namun kehangatan dan kebersamaan dalam komunitas membuat perayaan ini tetap istimewa. Para WNI di Jepang berharap bisa kembali berkumpul dengan keluarga di Indonesia pada Lebaran tahun berikutnya.