
Newmwdan.com – Jakarta, 9 Maret 2025 – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon secara resmi meluncurkan piringan hitam (vinil) yang memuat delapan versi lagu Indonesia Raya yang bersejarah. Peluncuran ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional, yang diperingati setiap tanggal 9 Maret. Acara tersebut berlangsung di Plasa Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, dan dihadiri oleh berbagai tokoh budaya, musisi, serta pecinta sejarah.
Piringan hitam ini tidak hanya menjadi koleksi berharga bagi para pecinta musik, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terhadap perjalanan panjang lagu kebangsaan Indonesia. “Piringan hitam ini memuat delapan versi Indonesia Raya, termasuk rekaman asli, versi cepat, versi tiga stanza, satu stanza, dan beberapa variasi lainnya. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap perjalanan lagu kebangsaan kita,” ujar Fadli Zon dalam sambutannya.
Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada 28 Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II, yang menjadi momen bersejarah bagi persatuan bangsa Indonesia. Sejak saat itu, lagu ini telah mengalami berbagai perubahan dan adaptasi, namun tetap menjaga esensi dan makna yang terkandung di dalamnya. Peluncuran piringan hitam ini menjadi upaya untuk mengingatkan kembali generasi muda akan pentingnya melestarikan warisan budaya bangsa.
Fadli Zon menekankan bahwa peluncuran piringan hitam ini bukan sekadar proyek komersial, melainkan bagian dari upaya pelestarian sejarah dan budaya Indonesia. “Ini adalah langkah nyata untuk menjaga ingatan kolektif kita sebagai bangsa. Lagu Indonesia Raya bukan hanya sekadar lagu, melainkan simbol perjuangan dan identitas kita,” tambahnya.
Delapan versi lagu Indonesia Raya yang terdapat dalam piringan hitam ini mencakup rekaman asli yang dibuat pada era 1950-an, versi cepat yang sering digunakan dalam upacara-upacara resmi, serta versi tiga stanza yang memuat seluruh lirik asli yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman. Selain itu, terdapat juga versi satu stanza yang biasa dinyanyikan dalam kegiatan sehari-hari, serta beberapa variasi aransemen yang dibuat oleh musisi ternama Indonesia.
Peluncuran piringan hitam ini juga mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk para musisi dan sejarawan. Mereka menyatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk nyata dari upaya melestarikan warisan budaya yang sering kali terlupakan di era modern. “Ini adalah cara yang kreatif dan bermakna untuk mengajak masyarakat, terutama generasi muda, mengenal dan menghargai sejarah lagu kebangsaan kita,” ujar seorang musisi yang hadir dalam acara tersebut.
Selain itu, piringan hitam ini juga dilengkapi dengan booklet yang berisi penjelasan detail mengenai sejarah lagu Indonesia Raya, termasuk proses penciptaannya, makna lirik, serta perjalanan lagu ini dari masa ke masa. Booklet ini diharapkan dapat menjadi sumber edukasi bagi masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang lagu kebangsaan Indonesia.
Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa piringan hitam ini akan didistribusikan ke berbagai instansi pendidikan, perpustakaan, dan lembaga budaya di seluruh Indonesia. “Kami ingin memastikan bahwa setiap generasi, baik yang ada di kota maupun di pelosok desa, dapat mengakses dan mempelajari sejarah lagu kebangsaan kita,” ujarnya.
Peluncuran piringan hitam ini juga menjadi momentum untuk mengajak masyarakat lebih mencintai dan menghargai musik nasional. Fadli Zon berharap bahwa langkah ini dapat menginspirasi musisi-musisi muda untuk menciptakan karya-karya yang mencerminkan identitas dan semangat kebangsaan.
Dalam kesempatan yang sama, Menbud juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta dalam upaya pelestarian budaya. “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya kita. Ini bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tugas kita bersama sebagai bangsa,” tegasnya.
Acara peluncuran piringan hitam ini juga diisi dengan penampilan musik dari beberapa musisi ternama Indonesia yang membawakan lagu-lagu nasional. Penampilan ini semakin menegaskan betapa pentingnya musik dalam membangun semangat kebangsaan dan persatuan.
Piringan hitam ini diharapkan dapat menjadi media edukasi yang efektif bagi generasi muda. Dengan mendengarkan berbagai versi lagu Indonesia Raya, diharapkan mereka dapat memahami betapa besar perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan identitas bangsa.
Fadli Zon juga berencana untuk mengadakan roadshow ke berbagai daerah di Indonesia guna mempromosikan piringan hitam ini. “Kami ingin menjadikan ini sebagai gerakan nasional. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan lagu kebangsaan kita,” ajaknya.
Peluncuran piringan hitam ini juga menjadi bukti bahwa teknologi modern dan warisan budaya dapat berjalan beriringan. Meskipun piringan hitam dianggap sebagai teknologi lama, namun kehadirannya justru memberikan nuansa nostalgia dan penghargaan terhadap sejarah.
Dengan peluncuran ini, diharapkan masyarakat Indonesia semakin mencintai dan menghargai lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebagai simbol persatuan dan identitas bangsa, lagu ini harus terus dijaga dan dilestarikan agar tidak tergerus oleh zaman.
“Lagu Indonesia Raya adalah milik kita semua. Mari kita jaga bersama-sama,” pungkas Fadli Zon menutup acara peluncuran piringan hitam bersejarah ini.