
NEWMEDAN.COM – Lima remaja di bawah umur di Kota Medan, Sumatera Utara, berakhir di balik jeruji besi setelah melakukan aksi perampokan terhadap seorang pria. Motif kejahatan ini terbilang tragis: mereka ingin mendapatkan uang untuk menebus ponsel yang sebelumnya digadaikan. Aksi nekat ini melibatkan kekerasan dengan senjata tajam dan batu, serta berakhir dengan kaburnya sepeda motor korban yang kemudian dijual oleh para pelaku.
Menurut laporan, kelima remaja tersebut berinisial SR (16), AS (16), MRP (16), CNA (16), dan NA (16). Mereka berhasil diamankan oleh Unit Reserse Kriminal Polsek Medan Baru dalam dua lokasi berbeda pada Selasa (10/6/2025) malam. Penangkapan ini dilakukan setelah polisi menerima laporan dari korban yang menjadi sasaran perampokan tersebut.
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa para pelaku merencanakan aksi ini karena terdesak kebutuhan finansial. Salah satu dari mereka, AS, mengaku telah menggadaikan ponselnya dan membutuhkan uang untuk menebusnya. Alih-alih mencari cara yang legal, mereka justru memilih jalan pintas dengan merampok seorang pengendara motor di kawasan Medan.
Dalam aksinya, para remaja ini menggunakan senjata tajam dan batu untuk mengancam serta melukai korban. Setelah berhasil merebut sepeda motor, mereka langsung menjualnya untuk mendapatkan uang tunai. Namun, aksi mereka tidak berlangsung lama karena tim reskrim Polsek Medan Baru berhasil melacak dan menangkap mereka dalam waktu singkat.
Empat dari lima tersangka, yaitu AS, MRP, CNA, dan NA, ditangkap di area parkir sebuah tempat hiburan malam di Jalan Abdullah Lubis, Medan. Saat ditangkap, mereka sedang bersiap untuk masuk ke dalam klub malam. Sementara itu, tersangka SR berhasil diamankan di kediamannya di Jalan Karya Sari, Kecamatan Medan Johor.
Kapolsek Medan Baru, Kompol Hendra Wijaya, menjelaskan bahwa penangkapan ini dilakukan setelah polisi menerima laporan dari korban yang mengalami luka-luka akibat serangan para pelaku. “Kami segera bergerak cepat untuk mengidentifikasi dan menangkap para pelaku berdasarkan deskripsi korban dan pemeriksaan CCTV di sekitar lokasi kejadian,” ujarnya.
Kasus ini memantik keprihatinan banyak pihak, mengingat usia pelaku yang masih sangat muda. Psikolog anak, Dr. Rina Mahdalena, menyatakan bahwa tindakan kriminal yang dilakukan remaja seringkali dipicu oleh faktor ekonomi, lingkungan, dan kurangnya pengawasan dari orang tua. “Remaja dalam masa pencarian identitas rentan terpengaruh tekanan sosial, terutama jika tidak mendapat bimbingan yang tepat,” jelasnya.
Orang tua dari salah satu pelaku mengaku terkejut dengan tindakan anak mereka. “Kami tidak menyangka dia bisa terlibat dalam perampokan. Selama ini dia terlihat baik-baik saja,” ujar seorang orang tua yang enggan disebutkan namanya. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan dan komunikasi antara orang tua dan anak perlu ditingkatkan untuk mencegah tindakan serupa di masa depan.
Kepolisian juga mengungkap bahwa para pelaku tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya. Namun, mereka diduga telah terpengaruh oleh pergaulan yang salah. “Kami mendalami kemungkinan adanya pihak lain yang mendalangi atau memengaruhi mereka untuk melakukan aksi ini,” tambah Kompol Hendra.
Kasus ini kembali mengingatkan pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam membentuk karakter anak. Pengamat sosial, Dr. Arifin Siregar, menekankan bahwa pencegahan kejahatan remaja harus dimulai dari pendidikan moral sejak dini. “Selain penegakan hukum, pendekatan preventif melalui pendidikan dan bimbingan keluarga sangat penting,” ujarnya.
Saat ini, kelima remaja tersebut masih menjalani proses hukum. Karena status mereka sebagai anak di bawah umur, proses penyidikan dilakukan dengan memperhatikan Undang-Undang Perlindungan Anak. Mereka berisiko dikenakan sanksi rehabilitasi atau pembinaan khusus, tergantung hasil keputusan pengadilan.
Masyarakat sekitar menyayangkan tindakan kelima remaja tersebut. Sebagian warga berharap agar mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. “Mereka masih muda, seharusnya masa depan mereka tidak hancur karena satu kesalahan,” kata seorang warga Medan Johor.
Polisi juga mengimbau para orang tua untuk lebih memperhatikan aktivitas anak-anak mereka, terutama dalam pergaulan sehari-hari. “Kami berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar lebih waspada dan aktif membimbing generasi muda,” pesan Kapolsek Medan Baru.
Ke depan, diharapkan adanya sinergi antara pihak kepolisian, dinas sosial, dan lembaga pendidikan untuk memberikan pembinaan kepada remaja yang berkonflik dengan hukum. Langkah ini dianggap penting agar mereka tidak mengulangi kesalahan dan dapat kembali menjadi bagian positif dari masyarakat.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa kejahatan tidak selalu dilakukan oleh orang dewasa. Remaja yang seharusnya menikmati masa pertumbuhan justru terjerumus dalam tindakan kriminal karena berbagai faktor. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan fenomena serupa dapat diminimalisir di masa mendatang.