
Newmedan.com – Suasana haru menyelimuti rumah duka almarhum Muhammad Syuhada (15), remaja yang tewas tertembak dalam insiden tragis yang melibatkan Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan. Pada Senin (5/5/2025), Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, secara langsung melawat ke kediaman keluarga korban untuk menyampaikan belasungkawa sekaligus menyatakan komitmen penuh dalam mengusut tuntas kasus tersebut.
Rumah duka yang terletak di Jalan Kolonel Yos Sudarso, Lingkungan II, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, tampak dipadati oleh warga setempat yang masih terpukul atas kejadian ini. Rasa duka begitu terasa ketika Irjen Whisnu memasuki rumah sederhana milik keluarga korban. Ia didampingi sejumlah pejabat Polda Sumut, termasuk Kabid Humas, Dirreskrimum, dan perwakilan dari Polres Pelabuhan Belawan.
Dalam kunjungan tersebut, Irjen Whisnu menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada orang tua Muhammad Syuhada. Dengan nada tenang namun penuh empati, ia menegaskan bahwa institusi kepolisian akan bertanggung jawab atas kejadian ini. “Kami hadir di sini bukan hanya untuk menyampaikan duka, tetapi juga untuk memastikan bahwa kebenaran dan keadilan akan ditegakkan,” ucap Irjen Whisnu.
Menurut informasi yang beredar, insiden penembakan terjadi dalam situasi yang belum sepenuhnya jelas dan masih dalam proses penyelidikan internal. Namun, peristiwa ini langsung memicu kemarahan publik dan sorotan luas dari berbagai kalangan, termasuk aktivis hak asasi manusia dan tokoh masyarakat.
Dalam pertemuan tertutup dengan keluarga korban, Irjen Whisnu menyampaikan bahwa pihaknya telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus tersebut secara objektif dan transparan. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada anggota kepolisian yang kebal hukum, termasuk pejabat tinggi sekalipun.
“Kami akan menyelidiki apakah terjadi kelalaian prosedur atau pelanggaran etik. Jika terbukti bersalah, maka akan ada sanksi tegas sesuai dengan hukum yang berlaku, baik secara pidana maupun etik,” tambahnya. Pernyataan ini disambut haru oleh keluarga korban yang masih dalam keadaan berduka mendalam.
Ibu korban, dengan mata berkaca-kaca, menyampaikan kesedihan sekaligus harapan agar pelaku mendapat hukuman yang setimpal. “Anak saya tidak akan kembali, tapi kami ingin keadilan. Jangan ada lagi anak lain yang jadi korban,” ucapnya lirih sambil memeluk foto mendiang putranya.
Kunjungan Kapolda juga disertai dengan penyerahan bantuan kepada keluarga korban sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab moral institusi. Meski tidak bisa menggantikan kehilangan yang dialami, bantuan tersebut diharapkan dapat meringankan beban keluarga secara sementara.
Di luar rumah duka, sejumlah warga terlihat berkumpul dengan ekspresi marah sekaligus sedih. Mereka berharap agar kasus ini menjadi titik balik bagi reformasi dalam tubuh kepolisian, terutama dalam penggunaan senjata api yang selama ini kerap menjadi sorotan tajam.
Beberapa tokoh masyarakat dan pemuka agama di Medan Labuhan juga menyampaikan pernyataan sikap yang mendukung proses hukum secara adil dan transparan. Mereka mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan menyerahkan proses penegakan hukum kepada pihak berwenang, sambil terus mengawasi jalannya penyelidikan.
Pengamat hukum dan kepolisian menilai bahwa kasus ini menjadi ujian besar bagi kepemimpinan Irjen Whisnu di Sumatera Utara. Publik menanti apakah komitmen untuk penegakan hukum tanpa pandang bulu benar-benar akan diterapkan atau hanya menjadi retorika semata.
Dalam penutup kunjungannya, Irjen Whisnu kembali menekankan pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian. Ia berjanji akan mengumumkan hasil investigasi secara terbuka dan meminta masyarakat untuk terus mengawal proses hukum dengan cara yang bijak dan damai.
Pihak Divisi Propam Mabes Polri juga dikabarkan akan turun tangan dalam pemeriksaan terhadap AKBP Oloan Siahaan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa proses investigasi berjalan secara profesional dan tidak ada konflik kepentingan di tingkat daerah.
Kini, jenazah Muhammad Syuhada telah dimakamkan dengan layak di pemakaman umum tak jauh dari rumahnya. Namun luka dan duka yang ditinggalkan masih membekas dalam hati keluarga dan masyarakat sekitar. Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa wewenang harus selalu disertai dengan tanggung jawab dan rasa kemanusiaan.
Masyarakat Indonesia kini menaruh harapan besar agar keadilan benar-benar ditegakkan. Tragedi ini semoga menjadi momentum bagi institusi kepolisian untuk mereformasi diri dan memastikan bahwa kejadian serupa tidak akan pernah terulang kembali.