
NEWMEDAN.COM – Warga Kelurahan Sei Agul, Kecamatan Medan Barat, Medan, terus mengeluhkan kondisi Jalan Danau Singkarak Gang Madrasah yang sudah bertahun-tahun dalam keadaan rusak parah. Permukaan jalan yang aspalnya kupak-kapik (mengelupas dan berlubang) tidak hanya menyulitkan pengendara, tetapi juga berpotensi menimbulkan genangan banjir saat hujan turun. Keluhan ini kembali mencuat setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut pada Jumat (13/6/2025), memperburuk kondisi jalan yang sudah lama tidak diperbaiki.
Menurut sejumlah warga, kerusakan jalan ini bukanlah hal baru. Sudah bertahun-tahun mereka melaporkan masalah ini kepada pihak berwenang, namun hingga kini belum ada tindakan perbaikan yang signifikan. “Setiap hari kami harus melewati jalan ini, baik untuk bekerja, mengantar anak sekolah, atau sekadar berbelanja. Kondisinya sangat mengganggu dan berbahaya, terutama saat hujan,” ujar salah seorang warga, Andi (45).
Kerusakan jalan tersebut tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan. Beberapa pengendara motor mengaku sering terjatuh karena menghindari lubang-lubang besar atau tergelincir akibat permukaan jalan yang licin setelah hujan. “Sudah banyak warga yang terjatuh, terutama malam hari ketika lubang jalan tidak terlihat jelas,” tambah Andi.
Selain itu, kondisi jalan yang rusak juga berdampak pada aktivitas ekonomi warga. Pedagang di sekitar Gang Madrasah mengeluh bahwa pembeli enggan datang karena akses jalan yang sulit. “Banyak pelanggan yang mengeluh karena jalannya berlubang dan becek saat hujan. Ini sangat memengaruhi penghasilan kami,” kata Siti (37), seorang penjual sayur di kawasan tersebut.
Masalah lain yang kerap muncul adalah genangan air saat hujan. Drainase yang buruk membuat air tidak mengalir dengan lancar, sehingga jalan cepat tergenang. Hal ini memperparah kerusakan aspal dan menimbulkan kubangan air yang dalam. “Setiap hujan, jalan ini seperti danau kecil. Anak-anak sekolah harus berjalan dengan hati-hati agar tidak terpeleset,” ujar Linda (42), seorang ibu rumah tangga di Gang Madrasah.
Warga menduga bahwa kerusakan jalan ini terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat. Meskipun sudah berkali-kali melapor, mereka merasa aspirasinya tidak didengar. “Kami sudah mengadu ke kelurahan dan kecamatan, tapi responsnya lambat. Sepertinya ini bukan prioritas bagi mereka,” keluh Roni (50), tokoh masyarakat setempat.
Menanggapi keluhan warga, Lurah Sei Agul, Ahmad Syafii, mengaku telah menerima laporan tersebut dan sedang berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mencari solusi. “Kami memahami kesulitan warga dan sedang memproses permohonan perbaikan jalan ke Dinas Pekerjaan Umum setempat,” katanya. Namun, ia tidak bisa memastikan kapan perbaikan akan dilakukan.
Sementara itu, Camat Medan Barat, Muhammad Arifin, menyatakan bahwa perbaikan infrastruktur jalan memerlukan anggaran yang tidak kecil. “Kami sedang mengupayakan agar jalan ini bisa masuk dalam program perbaikan tahun ini. Namun, semua tergantung pada ketersediaan dana,” jelasnya. Ia berjanji akan memperjuangkan aspirasi warga agar segera ditindaklanjuti.
Beberapa warga menilai bahwa penanganan yang lambat ini mencerminkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam menangani masalah infrastruktur dasar. “Ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga keselamatan. Jika terus dibiarkan, bisa saja suatu saat terjadi kecelakaan fatal,” ujar David (38), seorang pengusaha kecil di kawasan tersebut.
Di sisi lain, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Medan menyatakan bahwa mereka telah mencatat keluhan warga dan sedang melakukan survei untuk menentukan prioritas perbaikan jalan. “Kami memiliki banyak titik jalan rusak yang harus diperbaiki, jadi perlu waktu untuk mengatur jadwal dan anggaran,” kata perwakilan Dinas PU.
Warga berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan nyata sebelum kondisi jalan semakin parah. “Kami tidak meminta jalan yang mewah, hanya jalan yang layak dan aman untuk dilalui,” kata Rina (33), seorang guru di SD setempat. Ia juga berharap agar perbaikan tidak hanya bersifat sementara, tetapi benar-benar tahan lama.
Beberapa aktivis masyarakat mendorong warga untuk lebih vokal menyuarakan keluhannya, baik melalui media sosial maupun aksi kolektif. “Jika tekanan publik semakin besar, biasanya pemerintah akan lebih cepat merespons,” ujar Budi, seorang pegiat lingkungan di Medan.
Sementara menunggu tindakan dari pemerintah, beberapa warga mencoba melakukan perbaikan seadanya dengan mengisi lubang menggunakan batu dan tanah. Namun, upaya ini hanya bersifat sementara karena material tersebut mudah hanyut saat hujan. “Ini hanya solusi darurat, tapi setidaknya mengurangi risiko kecelakaan,” kata Herman (48), salah seorang warga yang aktif memperbaiki jalan secara swadaya.
Jika tidak segera ditangani, kerusakan jalan ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lebih besar, seperti kerusakan kendaraan, kecelakaan lalu lintas, atau bahkan gangguan kesehatan akibat genangan air yang menjadi sarang nyamuk. Warga berharap agar pemerintah tidak lagi mengabaikan masalah ini dan segera mengambil langkah konkret.
Sebagai penutup, perbaikan Jalan Danau Singkarak Gang Madrasah bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga tentang kepekaan pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat. Warga Sei Agul berharap agar suara mereka didengar dan jalan yang rusak segera diperbaiki, sehingga kehidupan sehari-hari mereka bisa kembali berjalan dengan normal dan aman.