
NEWMEDAN.COM – Polsek Medan Area mengungkap temuan mengerikan dalam kasus pembunuhan seorang istri oleh suaminya sendiri di Gang Lurah, Kelurahan Pandau Hulu II. Korban, Yap Siu Lian (55), ditemukan tewas dengan 24 luka tusuk di sekujur tubuhnya di kediaman mereka, rumah nomor 14. Pelaku, Alang (58), yang merupakan suami kedua korban, kini menjadi tersangka utama dalam kasus yang menggemparkan warga setempat ini.
Kapolsek Medan Area, AKP Dwi Himawan Chandra, memaparkan bahwa korban mengalami luka tusuk yang sangat parah di beberapa bagian tubuh. Berdasarkan pemeriksaan sementara, luka-luka tersebut diduga disebabkan oleh senjata tajam sejenis pisau dapur dengan panjang sekitar satu jengkal orang dewasa. “Kami menduga pelaku menggunakan alat yang mudah ditemukan di rumah,” jelas Himawan.
Dari hasil visum, tim forensik mencatat setidaknya 24 luka tusukan yang tersebar di tubuh Yap Siu Lian. Beberapa luka terlihat sangat dalam dan mengindikasikan adanya niat kuat untuk membunuh. “Luka-luka ini tidak terjadi secara tidak sengaja. Ada intensitas dan kekerasan yang tinggi dalam tindakan ini,” tambah Kapolsek.
Menurut keterangan tetangga, korban dan pelaku kerap terlibat cekcok dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa saksi mengaku pernah mendengar suara pertengkaran dari dalam rumah tersebut, namun tidak ada yang menyangka akan berakhir tragis. “Kami sering dengar mereka bertengkar, tapi tidak pernah ada tindakan fisik sebelumnya,” ujar seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya.
Polisi menduga motif pembunuhan ini berkaitan dengan masalah rumah tangga yang sudah menumpuk. Alang, yang merupakan suami kedua korban, disebut memiliki sifat pemarah dan sulit mengendalikan emosi. “Kami masih mendalami apakah ada faktor lain, seperti perselingkuhan atau masalah ekonomi, yang memicu pembunuhan ini,” kata AKP Himawan.
Kronologi kejadian mulai terungkap setelah salah satu keluarga korban melaporkan hilangnya Yap Siu Lian sejak dua hari sebelumnya. Ketika petugas memeriksa rumahnya, mereka menemukan tubuh korban sudah dalam kondisi tak bernyawa dengan luka-luka mengerikan. “Kami langsung mengejar pelaku, yang ternyata masih berada di lokasi kejadian,” lanjut Kapolsek.
Alang sempat berusaha melarikan diri, namun akhirnya berhasil diamankan oleh petugas di sekitar lokasi. Saat diperiksa, ia tidak memberikan perlawanan dan terlihat sangat panik. “Pelaku mengakui perbuatannya, meski kami masih memeriksa keseluruhan alasan di balik tindakannya,” ujar AKP Himawan.
Keluarga korban menyatakan syok dan tidak menyangka Alang bisa melakukan tindakan keji tersebut. Menurut mereka, Yap Siu Lian adalah sosok yang sabar dan tidak pernah membicarakan masalah rumah tangganya secara terbuka. “Kami tidak tahu seberapa parah masalah mereka sampai terjadi hal seperti ini,” kata salah satu anggota keluarga.
Polisi kini sedang mengumpulkan bukti-bukti pendukung, termasuk rekaman CCTV di sekitar lokasi dan keterangan saksi-saksi lain. Mereka juga memeriksa apakah ada riwayat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebelumnya yang tidak dilaporkan. “Kami ingin memastikan tidak ada unsur lain yang terlibat dalam kasus ini,” tegas Kapolsek.
Kasus ini memicu keprihatinan di kalangan masyarakat Medan Area, terutama terkait dengan maraknya kasus KDRT yang berujung pembunuhan. Aktivis perempuan setempat menyerukan agar korban KDRT lebih berani melapor sebelum situasi semakin buruk. “Ini adalah contoh nyata betapa pentingnya melaporkan kekerasan sejak dini,” ujar perwakilan lembaga perlindungan perempuan.
Sementara itu, Alang kini ditahan di Polsek Medan Area untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Ia terancam hukuman berat sesuai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman maksimal seumur hidup atau bahkan hukuman mati. “Kami akan memastikan proses hukum berjalan sesuai aturan,” kata AKP Himawan.
Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengambil tindakan main hakim sendiri terhadap pelaku. “Biarkan proses hukum yang bekerja. Kami tidak ingin ada aksi balas dendam yang justru memperkeruh situasi,” pesan Kapolsek.
Yap Siu Lian akan dimakamkan setelah proses otopsi dan identifikasi selesai dilakukan. Keluarganya berharap agar keadilan segera ditegakkan dan kasus ini menjadi pelajaran bagi pasangan suami-istri lainnya. “Kami kehilangan orang yang sangat baik karena emosi yang tidak terkendali,” ucap salah satu kerabat.
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya edukasi tentang penyelesaian konflik rumah tangga tanpa kekerasan. Banyak pihak mendorong pemerintah dan lembaga sosial untuk lebih gencar memberikan sosialisasi tentang bahaya KDRT. “Masyarakat harus sadar bahwa kekerasan bukanlah solusi,” tegas seorang psikolog keluarga.
Dengan terus bergulirnya penyidikan, diharapkan semua fakta dan motif di balik pembunuhan ini dapat terungkap tuntas. Masyarakat pun diharapkan lebih waspada dan proaktif dalam melaporkan tindak kekerasan di sekitar mereka agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.