
Newmedan.com – Eva Meilani Pasaribu, putri dari almarhum Rico Sempurna Pasaribu, seorang wartawan yang tewas dibakar hidup-hidup bersama tiga anggota keluarganya, kembali mendatangi Markas Polisi Militer Kodam (Pomdam) I Bukit Barisan di Jalan Sena, Medan, pada Kamis (13/2/2025). Kedatangannya kali ini bertujuan untuk menuntut keadilan atas kasus tragis yang menimpa keluarganya, yang hingga kini belum menemukan titik terang.
Eva, yang didampingi oleh kuasa hukum dan beberapa aktivis hak asasi manusia, berharap aparat penegak hukum segera menuntaskan kasus ini secara transparan. Ia menyatakan bahwa hingga saat ini masih banyak kejanggalan dalam proses penyelidikan, dan pihak keluarga merasa belum mendapatkan keadilan yang seharusnya.
“Kami hanya ingin keadilan ditegakkan. Sudah terlalu lama kasus ini berjalan, tetapi pelaku utama masih belum diadili secara setimpal,” ujar Eva kepada awak media yang menunggunya di depan markas Pomdam. Ia juga mengungkapkan rasa kecewanya terhadap lambannya penanganan kasus ini, yang menurutnya menunjukkan adanya dugaan ketidakseriusan aparat hukum.
Tragedi yang menimpa Rico Sempurna Pasaribu dan keluarganya terjadi beberapa bulan lalu dan menjadi sorotan publik. Rico, yang dikenal sebagai wartawan investigasi, diduga menjadi korban aksi balas dendam setelah mengungkap kasus-kasus besar yang melibatkan oknum tertentu. Insiden pembakaran yang merenggut nyawanya beserta keluarganya diduga terkait dengan pemberitaan yang pernah ia buat.
Kematian Rico dan keluarganya meninggalkan luka mendalam bagi banyak pihak, terutama komunitas jurnalis di Indonesia. Berbagai organisasi pers dan aktivis kebebasan pers telah berulang kali meminta agar kasus ini diusut hingga tuntas. Namun, hingga kini, perkembangan kasus masih berjalan lambat, dengan banyak spekulasi yang berkembang di masyarakat.
Kedatangan Eva ke Pomdam I Bukit Barisan juga bertujuan untuk mempertanyakan kelanjutan proses hukum terhadap sejumlah oknum yang diduga terlibat dalam kasus tersebut. Beberapa tersangka telah ditangkap, tetapi Eva menduga masih ada pihak lain yang terlibat dan belum tersentuh oleh hukum.
Dalam pertemuannya dengan pihak Pomdam, Eva menegaskan bahwa keluarga korban tidak akan tinggal diam dan akan terus memperjuangkan keadilan hingga para pelaku utama benar-benar diadili. Ia juga meminta perlindungan hukum karena merasa terancam akibat perjuangannya mengungkap kebenaran.
Kasus ini menjadi cerminan betapa beratnya risiko yang dihadapi oleh para jurnalis di Indonesia, terutama mereka yang kerap mengungkap kasus-kasus besar. Banyak pihak menilai bahwa kasus ini harus menjadi momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
Sementara itu, pihak Pomdam I Bukit Barisan menyatakan bahwa mereka akan menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh Eva. “Kami memahami keresahan keluarga korban dan akan memastikan bahwa kasus ini ditangani dengan serius. Proses hukum tetap berjalan dan kami berkomitmen untuk menuntaskan kasus ini secara transparan,” ujar salah satu perwakilan Pomdam.
Meski demikian, banyak pihak masih meragukan komitmen aparat dalam menangani kasus ini. Beberapa aktivis bahkan menganggap ada upaya untuk menghambat proses hukum karena kasus ini melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh. Mereka mendesak pemerintah dan aparat hukum agar tidak tunduk pada tekanan pihak tertentu dan tetap mengutamakan keadilan.
Organisasi jurnalis seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) turut memberikan dukungan kepada Eva dan keluarganya. Mereka menilai bahwa kejahatan terhadap jurnalis adalah bentuk serangan terhadap kebebasan pers dan demokrasi, sehingga tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Perjuangan Eva dalam mencari keadilan terus mendapat perhatian dari publik. Banyak masyarakat yang mendukung langkahnya dan berharap agar kasus ini menjadi titik balik dalam penegakan hukum bagi para jurnalis yang menjadi korban kekerasan.
Dengan terus berkembangnya kasus ini, masyarakat kini menunggu langkah nyata dari aparat penegak hukum. Jika keadilan tidak segera ditegakkan, bukan tidak mungkin kasus ini akan menjadi preseden buruk bagi kebebasan pers di Indonesia.
Eva dan pihak keluarga menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerah hingga kebenaran terungkap. “Kami akan terus berjuang, karena ini bukan hanya tentang keluarga kami, tetapi juga tentang semua jurnalis yang mencari kebenaran,” pungkasnya.