
NEWMEDAN.COM – Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan, megaproyek senilai Rp500 miliar lebih yang didanai APBD Kota Medan, kini menjadi perbincangan publik setelah kondisi memprihatinkannya viral di media sosial. Beberapa hari setelah peresmian, basement proyek tersebut terendam air, material berserakan, dan terlihat tidak terurus, memunculkan tanda tanya besar atas kualitas pengerjaannya.
Foto-foto yang beredar luas di platform seperti Twitter dan Instagram menunjukkan genangan air yang memenuhi area basement, sisa-sisa material konstruksi yang tidak rapi, serta beberapa bagian bangunan yang terkesan belum tuntas dikerjakan. Kondisi ini langsung memicu reaksi keras dari warganet yang mempertanyakan akuntabilitas penggunaan anggaran sebesar itu.
Merespons viralnya isu ini, Wakil Wali Kota Medan, Aulia Rachman, bersama sejumlah pejabat terkait langsung melakukan inspeksi mendadak ke lokasi pada Senin sore (26/5/2025). Dalam kunjungan tersebut, Aulia terlihat berdiri di atas genangan air di basement sambil memeriksa kondisi secara detail. Ia mengaku prihatin dengan temuan di lapangan dan berjanji akan menindaklanjuti laporan masyarakat.
“Kami tidak menutup mata atas masalah ini. Tim akan segera melakukan evaluasi menyeluruh untuk memastikan apakah ada kelalaian dalam proses pembangunan atau faktor lain seperti sistem drainase yang tidak berfungsi optimal,” kata Aulia di lokasi. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan meminta pertanggungjawaban kontraktor jika terbukti ada penyimpangan.
Proyek revitalisasi Lapangan Merdeka sebenarnya digadang-gadang sebagai ikon baru Kota Medan yang akan menjadi ruang publik multifungsi. Rencananya, area ini tidak hanya diperuntukkan sebagai lapangan seremonial, tetapi juga dilengkapi dengan basement parkir, taman interaktif, dan fasilitas pendukung lainnya. Namun, kenyataannya justru jauh dari ekspektasi.
Sejumlah pengamat tata kota menyoroti kemungkinan adanya kesalahan desain atau pelaksanaan yang terburu-buru. “Genangan air di basement mengindikasikan masalah serius pada sistem drainase atau waterproofing yang tidak memadai,” ujar Ir. Budi Santoso, pakar konstruksi dari Universitas Sumatera Utara. Ia menambahkan bahwa kondisi seperti ini berisiko merusak struktur bangunan dalam jangka panjang.
Dari sisi anggaran, proyek senilai Rp500 miliar ini seharusnya mampu menghasilkan karya yang berkualitas tinggi. Masyarakat pun mempertanyakan transparansi penggunaan dana APBD tersebut. “Dengan budget segitu, seharusnya hasilnya maksimal, bukan malah seperti proyek setengah jadi,” kritik Rina, salah seorang warga Medan yang kerap berkunjung ke Lapangan Merdeka.
Kontraktor pelaksana, PT Bangun Jaya Konstruksi, melalui pernyataan resminya menyatakan bahwa genangan air terjadi akibat hujan deras yang melanda Medan beberapa hari terakhir. Mereka mengklaim bahwa sistem pompa di basement sedang dalam proses penyempurnaan dan akan segera berfungsi normal. Namun, penjelasan ini tidak serta merta meredakan kecurigaan publik.
Di media sosial, tagar #LapanganMerdekaRp500M trending dengan berbagai komentar pedas. Banyak warganet yang membandingkan proyek ini dengan pembangunan serupa di kota lain yang hasilnya lebih memuaskan dengan anggaran lebih kecil. Beberapa bahkan menduga adanya praktik mark-up atau korupsi di balik proyek tersebut.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disebut-sebut telah memantau perkembangan kasus ini. Meski belum resmi menyelidiki, lembaga antirasuah ini dikabarkan telah meminta dokumen lelang dan laporan kemajuan proyek ke Pemkot Medan. “Kami akan tindaklanjuti jika ditemukan indikasi pelanggaran,” kata juru bicara KPK.
Sementara itu, DPRD Kota Medan berencana menggelar rapat dengar pendapat dengan pihak eksekutif untuk membahas masalah ini. Ketua Komisi B DPRD Medan, Faisal Batubara, menyatakan bahwa pihaknya akan mempertanyakan proses pengawasan proyek dari awal hingga selesai. “Ini menyangkut uang rakyat yang tidak sedikit, harus ada pertanggungjawaban yang jelas,” tegasnya.
Di tengah kontroversi ini, Wali Kota Medan Bobby Nasution belum memberikan pernyataan resmi. Namun, sumber internal pemkot menyebutkan bahwa sang wali kota telah memerintahkan audit internal terhadap seluruh proyek strategis di Medan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Bagi masyarakat Medan, Lapangan Merdeka bukan sekadar proyek fisik, tetapi memiliki nilai historis dan emosional sebagai pusat kegiatan warga sejak zaman kolonial. Kerusakan atau ketidakfungsionalan kawasan ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap warisan kota. “Ini adalah jantung Medan, jangan sampai dijadikan proyek gagal,” ucap Hasan, sesepuh masyarakat Medan.
Pemerintah kota kini berada di bawah tekanan waktu untuk segera memperbaiki berbagai kekurangan sebelum masalah semakin parah. Rencananya, tim teknis akan bekerja selama 24 jam untuk mengeringkan basement dan memperbaiki sistem drainase. Mereka juga akan mengevaluasi seluruh aspek konstruksi untuk memastikan keamanan pengunjung.
Kasus Lapangan Merdeka ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah dalam mengelola proyek strategis. Kedepan, diharapkan ada pengawasan lebih ketat, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, hingga serah terima hasil pekerjaan. Masyarakat pun berharap proyek kebanggaan kota ini bisa segera difungsikan sesuai rencana awal, bukan justru menjadi beban baru.
Sebagai penutup, Wakil Wali Kota kembali menegaskan komitmen pemkot untuk menyelesaikan masalah ini. “Kami akan transparan dalam penanganannya dan tidak akan menutupi kesalahan apa pun yang terjadi,” janji Aulia. Ia berharap masyarakat bisa bersabar sementara perbaikan dilakukan untuk mengembalikan Lapangan Merdeka sebagai kebanggaan warga Medan.