
Newmedan.com – Di bawah terik matahari Kota Medan, puluhan orang tua calon siswa TNI AD berdiri dengan wajah penuh harap dan kekecewaan. Mereka membawa spanduk bertuliskan tuntutan keadilan dan menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Sumatera Utara, Selasa (11/2/2025) pagi. Para orang tua ini mengaku menjadi korban dugaan penipuan berkedok rekrutmen TNI AD yang dilakukan oleh seorang wanita bernama Ninawati.
Forum Orang Tua Calon Siswa TNI AD Korban Penipuan Ninawati, yang terdiri dari berbagai latar belakang ekonomi dan sosial, menuntut agar kasus ini segera diusut tuntas oleh pihak berwenang. Mereka berharap pemerintah dan aparat penegak hukum dapat memberikan keadilan atas kerugian yang mereka alami, baik secara finansial maupun psikologis.
Salah satu orang tua korban, Rudi Hartono (47), mengaku telah menyerahkan uang sebesar Rp150 juta kepada Ninawati dengan janji bahwa anaknya akan diterima sebagai siswa TNI AD. “Awalnya, kami percaya karena dia mengaku punya koneksi dengan petinggi militer. Dia meyakinkan kami bahwa anak-anak kami pasti lulus jika membayar sejumlah uang,” ujar Rudi dengan nada kecewa.
Tidak hanya Rudi, puluhan orang tua lainnya juga mengalami hal serupa. Nominal uang yang mereka serahkan bervariasi, mulai dari Rp50 juta hingga Rp200 juta, tergantung pada janji yang diberikan oleh Ninawati. Namun, harapan mereka sirna setelah mengetahui bahwa anak-anak mereka gagal dalam seleksi, sementara uang yang telah diserahkan tidak pernah dikembalikan.
Para korban mulai mencurigai adanya penipuan setelah beberapa bulan menunggu hasil seleksi yang tidak kunjung jelas. Ketika mereka mencoba menghubungi Ninawati untuk meminta kepastian, wanita tersebut justru menghilang tanpa jejak. Upaya mereka untuk mencari tahu keberadaannya pun tidak membuahkan hasil, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian.
Laporan resmi telah diajukan ke Polda Sumatera Utara, dan pihak kepolisian saat ini sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. “Kami telah menerima laporan dari para korban dan sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait. Kami juga akan memanggil saksi-saksi untuk memperjelas dugaan tindak pidana penipuan ini,” ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi.
Menurut keterangan awal yang diperoleh dari penyelidikan, Ninawati bukanlah anggota militer maupun pegawai yang memiliki hubungan resmi dengan instansi TNI AD. Ia diduga hanya menggunakan modus rekrutmen sebagai kedok untuk mengelabui para orang tua yang memiliki ambisi agar anaknya bisa menjadi anggota TNI.
Kasus ini menyoroti betapa rawannya praktik percaloan dalam proses seleksi anggota TNI AD. Banyak orang tua yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi memastikan anak mereka diterima, tanpa mengetahui bahwa jalur tersebut tidak sah dan justru berpotensi menjadi modus penipuan.
DPRD Sumatera Utara menyatakan keprihatinan terhadap kasus ini dan meminta agar aparat penegak hukum segera menindaklanjuti laporan yang telah diajukan. “Kami sangat menyesalkan adanya dugaan penipuan ini. Kami akan mengawal kasus ini agar para korban mendapatkan keadilan dan pelaku bisa segera ditindak sesuai hukum yang berlaku,” ujar salah satu anggota DPRD Sumut yang menemui para demonstran.
Selain mendesak penegakan hukum, para orang tua korban juga berharap agar TNI AD lebih transparan dalam proses seleksi anggota baru. Mereka meminta agar ada sosialisasi lebih lanjut terkait prosedur resmi penerimaan anggota, sehingga kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Banyak pihak menilai bahwa kasus ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap tawaran rekrutmen yang tidak resmi. “Jangan mudah percaya pada oknum yang mengaku bisa meloloskan seseorang dalam seleksi TNI dengan membayar sejumlah uang. Semua proses seleksi dilakukan secara ketat dan transparan,” tambah Kombes Pol Hadi Wahyudi.
Pihak kepolisian saat ini sedang memburu Ninawati, yang masih belum diketahui keberadaannya. Jika terbukti bersalah, ia bisa dijerat dengan pasal penipuan sesuai dengan KUHP dan Undang-Undang ITE jika ditemukan bukti bahwa ia melakukan penipuan melalui media digital atau komunikasi elektronik.
Demonstrasi yang dilakukan para orang tua berlangsung damai dan mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan. Mereka berharap aksi ini bisa menarik perhatian pemerintah dan aparat penegak hukum agar segera bertindak dan menangkap pelaku penipuan.
Kasus ini menjadi bukti bahwa masih banyak oknum yang memanfaatkan ambisi dan harapan masyarakat untuk mencari keuntungan pribadi. Oleh karena itu, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat sangat diperlukan agar tidak terjebak dalam modus-modus penipuan serupa di masa mendatang.